Selasa, 19 Oktober 2010

Displin itu Malu

Disiplin, mungkin sudah sedari kecil kita mendengar kata ini, dan kita juga sudah dituntun untuk disiplin sejak memasuki usia sekolah. Dimana saat memasuki masa sekolah tersebut, kita sudah diajarkan untuk masuk sekolah sesuai jam masuknya, mengumpulkan tugas tepat waktu dan juga diajarkan untuk membedakan mana waktunya main dan mana waktunya untuk belajar. Dalam agama pun begitu, bagi umat Islam, diwajibkan untuk sholat dalam sehari 5 kali, dan dalam pelakasaan ibadah itu juga memiliki waktu-waktu tertentu. Semua kegiatan tersebut sudah mengajarakan kita untuk berdisiplin. Disiplin dapat diartikan dari sebagai menghargai waktu (normatif sekali… haha). Waktu adalah salah satu hal yang sangat berharga, ada yang bilang “Time is Money”, atau berdasarkan "kalamullah" yaitu Al- Ashr “Demi masa sesugguhnya manusia kerugian”.

Bagaimana tidak keterlambatan satu detik, satu menitan, satu jaman (red: satu zaman) itu sangatlah berarti. Misal bagi seorang maling, kedisiplinan dalam waktu mutlak dibutuhkan, mulai dari kapan mau beroperasi, kapan waktu berkumpul, dan sebagainya(pengalaman nih…). Kalau saja mereka tidak disiplin dalam melakukan kegiatan maling bisa-bisa ketahuan terus digebuk masa deh.

Apabila kita displin kita cenderung akan dihargai. Anda cerdas tapi tidak displin? jangan harap akan ada yang menghargai dan tunggu saja kehancurannya. Adriano seorang pemain sepak bola asal Brazil adalah contohnya, ia adalah salatu talenta terbaik yang dimiliki Brazil. Tapi karena dia tidak disiplin dalam latihan dan sering bolos, lihat sekarang karirnya jauh menurun. Bahkan pelatih terkenal macam Jose Mourinho, Sir Alex atau Arsen Wenger adalah pelatih-pelatih yang sangat menghargai kedisiplinan, bagi mereka untuk apa anda hebat kalau tidak disiplin, karena hanya akan menggangu saja dan tidak jarang pemain-pemain hebat tersebut tidak diturunkan dalam pertandingan, walaupun tenaga mereka sangat dibutuhkan. Displin bukan berarti tidak bisa bermain-main, Ronaldo (bukan C. Ronaldo) adalah contoh yang bisa berdisiplin kapan harus main dan kapan harus bekerja. Ia terkenal akan suka dugem sampai subuh, tapi ketika ada latihan tim di pagi harinya, ia pasti akan datang. Saat ada waktu untuk bermain, disiplinlah, gunakan waktu main tersebut untuk bermain, jangan bekerja, tapi kalau waktunya bekerja disiplinlah juga dalam bekerja, jangan bermain-main, atau istilahnya itu “Play Hard, Work Hard”.

Hmmm karena ini sudah memasuki tulisan yang keempat, tentunya sudah banyak contoh-contoh bahasan tentang disiplin, ada yang menceritkan disiplin ala sebuah bangsa di Eropa, yang terkenal akan kedisiplinannya itu, ada yang membahas kalau kita mau sukses harus disiplin seperti contoh diatas, ada juga yang menceritakan bagaimana disiplin itu menjadi sebuah komitmen dan ada juga yang menceritakan tentang bagaimana sifat displin itu timbul, dengan paksaan, sukarela atau justru bisa dengan rasa malu?

Kaitan antara disiplin dengan malu bisa kita lihat dikehidupan atau dari karakter bangsa kita sendiri. Contoh sehari-harinya yaitu kita sendiri, kehidupan mahasiswa. Masih banyak sekali terlihat kejadian dimana seorang mahasiswa datang ke perkuliahan itu terlambat, mending telambatnya karena ada kejadian yang mendadak seperti kecelakaan dll. Nah yang paling parah dan gak tau malu itu adalah sengaja untuk terlambat, dan bahkan muncul kata seperti ini “Ah paling telat lima sampai sepuluh menit doang, dan dosennya pasti mentolerirnya”. Hallo??? 5 menit? Seorang Spongebob saja yang terlambat datang bekerja satu menit pas, tapi ia merasa sangat bersalah dan merasa sangat malu, padahal bosnya si Mr. Krab, tidak tahu kalau ia terlambat, ya iyalah satu menit doang terlamabatnya. Lah ini 5 menit dianggap biasa, dan gak malu lagi. Dosen mentolerir? itu maksudnya baik, namun sering disalah artikan, sehingga muncul istilah “lebih baik terlambat darpda tidak sama sekali”, seharusnya itu “lebih baik tidak terlambat daripada malu”. Belum lagi saat giliran absen, ada yang nyerobot gak mengikuti jalur yang sesuai, dan ini lagi-lagi terjadi karena tidak ada rasa malu, tidak malu untuk nyerobot dan tidak malu untuk tidak antri, alhasil jadinya tidak disiplin. Bangunlah budaya malu, agar kita bisa disiplin.

Displin itu malu, yang tidak displin berarti tidak punya kemaluan (red: rasa malu).

0 comments:

Posting Komentar

 
;