Rabu, 17 Maret 2010

Panic is My Strength

Panik, mungkin kata itulah yang bisa digambarkan untuk ku, sudah sejak kecil mungkin. Namun aku baru menyadari bahwa kalau aku ini pribadi yang panikan semenjak duduk di bangku kuliah, dan itu tidak terlepas dari penggambaran teman-teman terhadap keseharian ku, yang sering menjadi panikan jika ada dosen memberikan tugas. Mereka sering berkata: "Santai aja napa, lu panik amat sih" ; "Jangan panik del, tugas biasa ini". Akibatnnya aku pun sering "dicengin" teman-teman, "hayo, panik lu" dan sering ditakut-takuti, bukan ditakut-takuti sama hantu tapi lebih seperti bagaimana membuat aku jadi panik.

Semenjak itulah aku mulai menyadari, kalau aku kayaknya memang suka panikan, enggak sewaktu SD,SMP, dan SMA. Aku pun mulai mencoba untuk mengusir rasa panik tersebut. Aku mencoba untuk lebih bersikap santai dan rileks, dan buku-buku tentang menghilangkan rasa cemas pun ku baca. Memang rasa cemas dan panik itu agak berkurang, tapi aku merasa ada yang lain, seperti buka diri ku. Jika ada tugas, mungkin aku tidak lagi terlalu panik, dan itu terkadang membuat ku merasa confident, bahkan overconfident yang justru terkadang "menghambat" ke "perfectionist-an" saat mengerjakan sesuatu.

Mungkin begini lah cara Allah SWT menciptakan aku, dengan rasa panik serta keagesifan yang cukup tinggi. Lewat panik lah selama ini aku hidup, lewat panik lah aku bisa mendapatkan apa yang ku impikan dan lewat panik lah aku bisa mengejar mimpi. Seorang teman pernah berkata, "sifat panik lu tu sebernnya bagus, tapi lu harus bisa ngendaliinnya". Ku fikir memang sebaiknnya begitu, tidak perlu lagi ku buang sifat panik ku, hanya saja aku harus butuh pengendalian diri, agar energi panik ini tidak terbuang sia-sia karena "Panic is My Strength."

0 comments:

Posting Komentar

 
;