"Kita ini mau menyombongkan apa ??, asal hanya setetes mani, akhirnya jadi bangkai busuk, kemana2 bawa kotoran." Aa' Gym
- Enemy at the Gates — Lah tibo lawan di pintu…
- Batman Forever — Kalalauang
- Remember the Titans — Lai Takana jo si Titan
- The Italian Job — Karajo maliang
- Die Hard — Payah matinyo
- Die Hard II — Alun Juo Mati Lai…?
- Die Hard III With A Vengeance — Ondeh Mandeh.. ndak juo mati mati doh…?
- Bad Boys — Anak Kalera
- Sleepless in Seattle — Mangantuak..
- Lost in Space — Ilang di awang awang
- Brokeback Mountain — Gunuang patah tulang
- lCheaper by Dozens — Bali salusin tambah murah..
- You’ve got Mail — Ado surek tuh ha…
- Paycheck — Pitih Gaji
- Independence Day — Hari Rayo
- The Day After Tomorrow — Saisuak
- Die Another Day — Ndak kini matinyo..?
- There is Something About Marry — Manga si Merry yo..?
- Silence of the Lamb — Kambiang pangambok
- All The Pretty Horses — Kudonyo rancak-rancak
- Planet of the Apes — Planet Siamang
- Gone in Sixty Seconds — Barangkek lah waang Lai
- Original Sin — Sabana-bana doso…
- Mummy Returns — Lah Baliak si One tadi..?
- Crash — Balago kambiang
- Copycat — Kopi Kuciang
- Seabiscuit — Makan Biskuit di Lauik
- Freddy vs Jason — Bacakak
- Just in Heaven — Lah di Surgo
- Air Bud — aia si Budi
- How To Lose A Guy in 10 Days — Baa caronyo manyipak urang..
- Lord Of The Ring — Juragan batu cincin
- Deep Impact — Taraso dalamnyo
- Million Dollar Baby — Anak Rangkayo
- Blackhawk Down — Buruang itam si Don
- Saving Private Ryan — MaAgiah les ka si Ryan
- Dumb and Dumber — Pakak jo sabana Pandia..
Edisi ini saya akan berbagi tentang satu hadits panjang yang luar biasa dahsyat maknanya. Saya yakin cukup dengan satu hadits ini jika setiap kita membaca, menyelami dan mengamalkannya dengan baik insya Allah kita akan menjadi mukmin sejati. Tak perlu berpanjang, berikut kutipan lengkapnya.
Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku." Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa yang memanggil?" Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu". Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya".
Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah". Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin",
Rasulullah SAW lalu menjawab: "Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?" Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa". "Siapa yang memaksamu? " "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin".
"Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh".
Perang saudara di Sri lanka merupakan perang dua etnis di Sri Lanka, yaitu Sinhala dan Tamil. Suku Sinhala merupakan etnis dominan di Sri Lanka (70%), sedangkan Tamil menjadi etnis pinggiran dan sering mendapatkan dikriminasi dari pemerintahan, yang kemudian memuculkan pergerakan sepratisme Tamil, Militansi Nasionalis Macan Tamil Sri Lanka (militant Sri Lankan Tamil nationalists) seperti Gerakan Pejuang Pembebasan Macan Tamil Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE). Dimana konflik ini terjadi antara gerakan separatis dengan pihak militer Sri Lanka yang telah berkecamuk sejak tahun 1983. Tujuan dari gerakan sepratis ini adalah untuk pembentukansebuah negaramerdekadiutara dan timurpulau, dimana di kedua kawasan tersebut mayoritas dihuni oleh suku Tamil.
Pada awalnya Sri Lanka bernama Ceylon, dan dijajah oleh Inggris. Pasca Perang Dunia II, India mendapatkan kemerdekaanya dari Inggris pada tahun 1945, hal ini kemudian juga memicu penduduk Ceylon untuk memperjuangkan kemerdekaanya yang kemudian mereka dapati pada tahun 1948. Dengan perginya Inggris tersebut, kemunculan identitas nasional Tamil semakin menguat, yang didorong dengan oleh tindakan-tindakan kelompok mayoritas Sinhala yang menganggap pulau Sri Lanka sebagai rumah ‘ekslusif’ untuk warga Sinhala, dan warga Tamil adalah pendatang yang harus diasimilasikan dan dilebur kedalam sebuah negara persatuan Sinhala yang menganut ajaran Budha.
Sebagai kelompok mayoritas, pemerintahan demi pemerintahan di Ceylon terus menguatkan kepemilikannya akan negara sebagai milik warga etnis Sinhala dan sebaliknya etnis Tamil dan warga Muslim semakin terpinggirkaan. Setelah Ceylon ini merdeka, kemudian naiklah Perdana Menteri Sri Lanka pertma yang bernama Bandaranaike. Saat ia menjabat, sang PM ini membuat suatu keputusan yang dianggap diskriminasi oleh etnis Tamil yang ada di Sri Lanka, yaitu kebijakan yang menjadi bahasa Sinhala sebagaia bahasa resmi dari negara Sri Lanka, yang mana kebijakan ini dituangakan dalam Akta Singhala Sahaja. Penduduk Tamil yang menggunakan bahasa Tamil merasakan diri mereka didiskriminasikan, banyak yang menjadi pengganguran, miskin dan sebagainya.
Di lain sisi, melalui perjanjian dengan Pemerintah India, Pemerintah Ceylon pada tahun 1960-an mengembalikan sejumlah warga etnis Tamil yang tinggal dataran-dataran India, yang ada di selatan India, dan sebagian kecilnya warga Tamil yang masih tetap mendiami Utara dan Timur Ceylon mendapatkan status kewarganegaraan Ceylon, dan Pemerintahan Ceylon pun juga mengakui etnis ini sebagai penduduk asli pulau tersebut, namun Pemerintah acapkali menomorduakan mereka.
Perbedaan derajat antara etnis Sinhala dan etnis non-Sinhala, termasuk Tamil, yang menjadi kebijakan politik dan dipertegas dalam berbagai produk kebijakan hukum. Hal ini yang kemudian tidak dapat diterima oleh warga etnis Tamil ini, aksi protes pun mulai bermunculan, yang pada awalnya cemderung bersifat protes dengan aksi damai perlahan-lahan mulai berubah menjadi aksi-aksi yang disertai kekerasan.
Sebagai puncak atau titik kulminasi dari aksi-aksi kekerasan etnis Tamil ini adalah perlawanan bersenjata yang dilakukan secara-terang-terangan terhadap Pemerintahan Ceylon, yang dibawah kepemimpinan Sirimavo Bandaranaike yang kemudian mengubah nama Ceylon menjadi Sri Lanka pada tahun 1972.
Upaya Penyelesaian Konflik
a. Keterlibatan serta Intervensi Kemanusiaan oleh India
Tamil juga merupakan salah satu suku yang ada di India Selatan dan suku ini memiliki hubungan yang erat dengan suku Tamil di Sri Lanka utara. Melihat konflik di Sri Lanka, India pada awalnya berusaha untuk menahan diri dari ikut campur dalam konflik tersebut. Padahal, suku Tamil yang ada di India berusaha keras agar India dapat turun dan menupayakan kehidupan yang lebih sejahtera bagi warga Tamil di Sri Lanka. Namun, konflik ini semakin meluas dan India terkena getahnya. India dituduh pihak pemerintahan Sri Lanka, yang menganggap India membiarkan penyelundupan senjata dari negara itu ke warga tamil di Sri Lanka. Di samping itu juga terjadi penggungsian warga Tamil Sri Lanka ke India, yang kemudian menyebabkan tuduhan tersebut semakin kencang.
Etnis Tamil yang berada di negara bagian Tamil Nadu, India Selatan, semakin resah akibat dari penindasan yang dilakukan pemerintahan Sri Lanka terhadap suku Tamil di negara tersebut. Dan hal tersebut membuat India pusat mau tidak mau haru ikut campur agar konflik tersebut tidak meluas menjadi konflik antar negara. Namun, sebelum negara India pusat mulai ikut campur, pada awal tahun 1980 negara-negara bagian India telah lebih dahulu masuk ke dalam konflik tersebut. Melalui badan intelejen, India menyediakan persenjataan, pelatihan dan pendanaan kepada sejumlah kelompok garis keras Tamil di Sri Lanka. Pemberian dukukungan ini dimaksudkan bahwa suku Tamil di India juga mendukung suku Tamil di Sri Lanka, dan juga ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan India untuk menanamkan pengaruh India kepada setiap kelompok tersebut.
Intervensi kemanusiaan India pertama kali datang pada tanggal 4 Juni 1987. Lima pesawat transport dan dikawal empat jet mirage IAF, mereka menjatuhkan 25 ton makanan dan obat-obatan di semanjung Jaffna (Sri Lanka Utara) bagi penduduk Tamil yang telah menderita sangat tidak manusiawi yang diakibatkan oleh blokade tentara Sri Lanka. Ke ikut campur tanganan India dalam konflik Sri Lanka bukan untuk menghentikan serangan Sri Lanka atau untuk memperkuat gerilyawan militer tetapi, seperti India menyatakan, untuk memberikan beberapa bantuan kemanusiaan. Dengan kata lain, India mengklaim telah campur tangan dalam urusan Sri Lanka atas dasar kemanusiaan.
Walaupun yang tentara lawan adalah para militan, namun penderitaan warga sipil terlihat sangat nyata. Tujuan resmi yang India samapikan dalam intervensi ini adalah : (i) untuk memberikan bantuan pangan kepada rakyat Sri Lanka yang kelaparan di bawah blokade selama enam bulan; (ii) untuk melindungi etnis Tamil dari buruan kebijakan genosida yang dijalankan oleh Colombo di pantai utara Sri Lanka; (iii) untuk memberikan bantuan medis kepada korban yang terluka akibat operasi militer Sri Lanka.
Enam minggu kemudian, pada 29 Juli 1987, atas kesepakatan pemerintahan Sri Lanka yang dipimpin Presiden Jayawardane, dengan pemerintahan India yang diwakilkan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi, yang dituangkan dalam perjanjian Indo-Lanka atau Indo-Sri Lankan Accord, India pun mengirimkan pasukan perdamaiannya ke Sri Lanka. Dengan tujuan untuk menegahi konflik antar pemerintahan Sri Lanka dengan kelompok Tamil. Operasi tersebut dinamakan Indian Peace Keeping Force (IPKF). Pergerakan IPKF tersebut merupakan kontigen militer India yang berusaha untuk menjaga perdamaian di Sri Lanka yang dimulai pada tahun 1987 sampai 1989/1990. Indian Peace Keeping Force dibentuk dibawah mandat dari Indo-Sri Lankan Accord atau kerukunan keturunan Sri Lanka, yang ditanda tangani oleh pihak India dan Sri Lanka pada tahun 1987.
Dalam kesepakatan kedua negara diatur bahwa sebuah dewan provinsi akan dipilih untuk memerintah wilayah Jaffna, dengan diberi otonomi yang substansial selama preiode percobaan. Akan tetapi kesepakatan tersebut tidak memuaskan pihak manapun. Macan Tamil langsung memprotes sebelum India mengisolasi kelompok mereka dan mempersenjatai kelompok Tamil lainnya, dan penetangan ini juga muncul dari etnis Sinhala dan komunitas pendeta Buddha. Hal ini kemudian menyebabkan kekerasan terhadap pasukan perdamaian tersebut. Ketika Presiden Ranasinghe Premadasa menggantikan Jayawardane, pemimpin baru Sri Lanka itu meminta pasukan India ditarik pada Maret 1990. Dengan hal itu selesai sudah intervensi atau campur tangan India dalam konflik Sri Lanka.
b. Mediasi oleh Norwegia
Pada pertengahan tahun 2000, kelompok Hak Asasi Manusia memperkirakan lebih dari satu juta di Sri Lanka mengunggsi dan tinggal di kamp-kamp penampungan. Oleh karena itu, gerakan perdamaian yang siginifikan dikembangkan pada akhir 1990-an, baik melalui jalur organisasi perdamaian, konferensi, pelatihan dan mediasi perdamaian, dan upaya lain untuk menjembatani kedua belah pihak. Pada awal Februari 2000, Norwegia diminta untuk memediasi kedua belah pihak, dan awal diplomatik internasional mulai mencari penyelesaian yang dinegosiasikan dalam konflik tersebut.[1]
Menjelang akhir tahun 2001, namun, LTTE mulai menyatakan kesediaan mereka untuk ikut dalam langkah-langkah untuk penyelesaian konflik. LTTE diyakini telah mengambil tindakan ini setelah takut tekanan internasional dan dukungan AS terhadap pemerintah Sri Lanka sebagai bagian dari War on Terror. Pada tanggal 19 Desember 2001 Norwegia membawa pemerintah dan Macan Tamil ke meja perundingan, LTTE mengumumkan gencatan senjata 30 hari dengan pemerintah Sri Lanka dan berjanji untuk menghentikan semua serangan terhadap pasukan pemerintah.[2] Pemerintah yang baru menyambut hal tersebut dengan baik, dan pemerintah juga mengumumkan gencatan senjata selama satu bulan dan menyetujui untuk mengangkat embargo ekonomi di wilayah yang dikuasai pemberontak.[3] Kedua belah pihak kemudian menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 22 Februari 2002, dan menandatangani perjanjian gencatan senjata permanen (CFA). Norwegia menjadi mediator, dan diputuskan bahwa mereka, bersama-sama dengan negara-negara Nordik lainnya memantau gencatan senjata melalui komite ahli bernama Sri Lanka Monitoring Mission.[4]
Namun, gencatan senjata itu akhirnya berakhir pada tahun 2008. Gencatan senjata berumur 6 tahun itu, sudah ribuan kali dilanggar, baik oleh pihak pemerintah maupun pemberontak, terutama 2 tahun terakhir. Dengan pembatalan secara resmi, pemerintah membuka jalan untuk serangan militer besar-besaran terhadap kelompok separatis Macan Tamil Eelam, LTTE. Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan susah payah tahun 2002 menumbuhkan harapan akan terwujudnya solusi damai. Namun pengambilalihan kekuasaan dari tangan mayoritas Singhala oleh Presiden Rajapakse dua tahun silam, memperburuk situasi secara dramatis. Kedua pihak menolak untuk sepaham dan memilih jalan kekerasan dan pemerintah mengumumkan diakhirinya secara resmi perjanjian gencatan senjata. [5]
Akhir Perang
Setelah berbagai upaya resolusi konflik yang digagas gagal, pemeritah Sri Lanka telihat sangat concern terhadap upaya militer dalam menumpas kelompok LTTE ini. Panglima Angkatan Darat Sri Lanka, Sarath Fonseka menyatakan kemenangan mereka pada tanggal 16 Mei 2009. Namun, perang tidak berakhir sampai hari berikutnya. Pasukan Sri Lanka bergegas membersihkan kantong perlawan LTTE terakhir. LTTE pun hancur, tentara Sri Lanka membunuh 70 pemberontak yang berusaha melarikan diri dengan perahu. Keberadaan pemimpin LTTE Vellupillai Prabhakaran yang juga merupakan pendiri LTTE dan para pemimpin pemberontak lainnya, diumumkan oleh pemerintah Sri Lanka, bahwa Prabhakaran telah meninggal pada tanggal 17 Mei 2009.[6]
LTTE akhirnya mengakui kekalahan pada 17 Mei 2009, melalui kepala pemberontak dalam bidang 'hubungan internasional, Selvarasa Pathmanathan, menyatakan pada website yang berbunyi "Pertempuran ini telah mencapai akhir yang pahit ... Kami telah memutuskan untuk membungkam senjata kita."[7] Dengan adanya peryataan tersebut serta dengan kematian pendiri LTTE, Prabhakaran gerakan Macan Tamil dan Konflik Sri Lanka ini berakahir.
[1] "Norway role in Sri Lanka peace plan". Susannah Price (BBC News). February 1, 2000. Retrieved January 4, 2010.
[2] "Sri Lanka rebels announce truce". BBC News. December 19, 2001. Retrieved January 4, 2010.
[3] "Sri Lanka enters truce with rebels". BBC News. December 21, 2001. Retrieved January 4, 2010.
[4] "Colombo lifts ban on Tamil Tigers". BBC News. August 26, 2002. Retrieved January 4, 2010.
[6] "Is LTTE chief Prabhakaran dead? Yes, says Lanka govt". Retrieved 17 May 2009.
[7] From correspondents in Colombo (May 17, 2009). "Tamil Tigers admit defeat in civil war after 37-year battle". News.com.au. Retrieved 17 May 2009.
Di berita tersebut juga dijelaskan mengapa fenomena hamil atau remaja yang berhubungan sex diluar nikah banyak terjadi. Diberita itu juga disebutkan pendidikan sex yang kuranglah menjadi faktor penyebab banyaknya kasus tersebut, karena kurangnya sex education banyak remaja yang jatuh ke kubangan hubungan seksual pra nikah.
Tapi, Apa benar dengan sex education yang benar-benar 'mantap', banyaknya kasus remaja yang nge-sex diluar nikah bakal berkurang? Mungkin, dari segi hamil di luar nikahnya bisa sedikit berkurang, yang diakibtkan karena para remaja telah mengtahui apa itu alat kontrasepsi dll sebagainya. Namun, alat kontrasepsi sendiri tidak jarang terjadi penyalahgunaan fungsi. Lihat saja salah satu iklan kondom yan pernah ada di Indonesia. Dalam iklan tersebut digambarkan ada seorang WTS yang sedang 'mangkal' dan ia hanya mau berhubungan seksual dengan pria yang menggunakan kondom saja. Memang untuk menghindari HIV Aids dan kemungkinan terjadinya hamil diluar nikah bisa ditekan, tapi esensi dari alat kontrasepsi yang ada dalam iklan tersebut telah benar-benar disalah gunakan. Kita tak perlu lagi was-was karena ia bisa menggunakan alat kontrapsepsi untuk mencegah kehamilan akibat hubungan seksual yang mereka lakukan di luar pernikahan, namun tidak mengurangi 'hasrat' dan 'birahi' untuk takut melakukan hubungan seksual diluar pernikahan.
Mengapa justru bukan pendidikan agamalah yang mesti dikedepanan dalam permasalahan ini?
Padahal dalam agama jelas-jelas, yang namanya zina ataupun berhubungan seksual di luar nikah itu sangatlah di laknat Allah. Hukum islam akan zina sungguhlah berat, bagi pelaku zina mereka haruslah dirajam sampai mati, dan ini telah berlangsung sejak zaman Nabi Musa. Kalau remaja ini mampu menebalkan keimananya, mungkin yang namanya hamil diluar nikah bisa dihindari, dan bahkan hubungan seksual diluar nikah juga bisa ditekan.
Aku jg semakin tersentak akan kasus sperti ini karena ada teman yang berhubungan seksual dengan pacarnya sampai hamil dan hubungan itu dilakukan diluar ikatan pernikah, namun sekrang mereka telah menikah, itupun mungkin terpaksa karena pacarnya yg telah hamil duluan. Belum lagi sejak kuliah di kota besar ini, teman-teman aku banyak yang mencrtakan bahwa anak SMA-SMA di kota besar tersebut, banyak yang telah melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan itu wajar. "Hah????" Mungkin aku yang datng dari dearah 'kecil' ini hanya bisa terkejut mendengarnya. "Kok bisa? Gak takut dosa apa?." Seringkali jika ada pembahasan seperti itu saat berkumpul sama teman-teman, perkara dosa dan agama jarang sekali disinggung. Hal ini juga berlaku ketika ada teman aku yang muslim tapi minum minuman beralkohol. Jelas, aku tidak berani untuk berkomentar "Apa gak takut dosa, karena sholat gak diterima selama 40 hari?", yang ada malah merusak pertemanan.
Jadi, pendidikan sex sendiri memang diperlukan, tapi justru agamalah yang harus menjadi dasar dari penerapan pendidikan seksual tersebut. Dengan pegetahuan tentang sex dan efek negatifnya yang kemudian ditambah kemantapan iman, mungkin kasus tersebut dapt dikurangi. Pendidikan sex saja tidak cukup, apa kita mau seperti di negara-negara yang menghalalkan sex pra tanpa nikah, dimana remajanya telah melakukan hubungan seksual di usia remaja, walaupun mereka bisa menghindari kasus hamil diluar nikah karena mereka telah mendapatkan pendidikan sex yang cukup.
Yang ditakutkan itu bukan hamil diluar nikah, bukan karena takut ketahuan nge-seks diluar nikah, (terkadang justru ada orang yang bangga karena ia pernah nge-sex padahal belum nikah. Dosa kok bangga?) bukan juga karena belum siap menimang bayi di usia muda tapi takut berbuat zina. Karena menurut aku, poin utama dari pendidikan sex tersebut dan agama harus mampu agar remaja atau tingkat usia lainnya untuk tidak berhubungan seksual diluar nikah.
REMARKS BY THE PRESIDENT ON OSAMA BIN LADEN
East Room
11:35 P.M. EDT
THE PRESIDENT: Good evening. Tonight, I can report to the American people and to the world that the United States has conducted an operation that killed Osama bin Laden, the leader of al Qaeda, and a terrorist who’s responsible for the murder of thousands of innocent men, women, and children.
It was nearly 10 years ago that a bright September day was darkened by the worst attack on the American people in our history. The images of 9/11 are seared into our national memory -- hijacked planes cutting through a cloudless September sky; the Twin Towers collapsing to the ground; black smoke billowing up from the Pentagon; the wreckage of Flight 93 in Shanksville, Pennsylvania, where the actions of heroic citizens saved even more heartbreak and destruction.
And yet we know that the worst images are those that were unseen to the world. The empty seat at the dinner table. Children who were forced to grow up without their mother or their father. Parents who would never know the feeling of their child’s embrace. Nearly 3,000 citizens taken from us, leaving a gaping hole in our hearts.
On September 11, 2001, in our time of grief, the American people came together. We offered our neighbors a hand, and we offered the wounded our blood. We reaffirmed our ties to each other, and our love of community and country. On that day, no matter where we came from, what God we prayed to, or what race or ethnicity we were, we were united as one American family.
We were also united in our resolve to protect our nation and to bring those who committed this vicious attack to justice. We quickly learned that the 9/11 attacks were carried out by al Qaeda -- an organization headed by Osama bin Laden, which had openly declared war on the United States and was committed to killing innocents in our country and around the globe. And so we went to war against al Qaeda to protect our citizens, our friends, and our allies.
Over the last 10 years, thanks to the tireless and heroic work of our military and our counterterrorism professionals, we’ve made great strides in that effort. We’ve disrupted terrorist attacks and strengthened our homeland defense. In Afghanistan, we removed the Taliban government, which had given bin Laden and al Qaeda safe haven and support. And around the globe, we worked with our friends and allies to capture or kill scores of al Qaeda terrorists, including several who were a part of the 9/11 plot.
Yet Osama bin Laden avoided capture and escaped across the Afghan border into Pakistan. Meanwhile, al Qaeda continued to operate from along that border and operate through its affiliates across the world.
And so shortly after taking office, I directed Leon Panetta, the director of the CIA, to make the killing or capture of bin Laden the top priority of our war against al Qaeda, even as we continued our broader efforts to disrupt, dismantle, and defeat his network.
Then, last August, after years of painstaking work by our intelligence community, I was briefed on a possible lead to bin Laden. It was far from certain, and it took many months to run this thread to ground. I met repeatedly with my national security team as we developed more information about the possibility that we had located bin Laden hiding within a compound deep inside of Pakistan. And finally, last week, I determined that we had enough intelligence to take action, and authorized an operation to get Osama bin Laden and bring him to justice.
Today, at my direction, the United States launched a targeted operation against that compound in Abbottabad, Pakistan. A small team of Americans carried out the operation with extraordinary courage and capability. No Americans were harmed. They took care to avoid civilian casualties. After a firefight, they killed Osama bin Laden and took custody of his body.
For over two decades, bin Laden has been al Qaeda’s leader and symbol, and has continued to plot attacks against our country and our friends and allies. The death of bin Laden marks the most significant achievement to date in our nation’s effort to defeat al Qaeda.
Yet his death does not mark the end of our effort. There’s no doubt that al Qaeda will continue to pursue attacks against us. We must –- and we will -- remain vigilant at home and abroad.
As we do, we must also reaffirm that the United States is not –- and never will be -– at war with Islam. I’ve made clear, just as President Bush did shortly after 9/11, that our war is not against Islam. Bin Laden was not a Muslim leader; he was a mass murderer of Muslims. Indeed, al Qaeda has slaughtered scores of Muslims in many countries, including our own. So his demise should be welcomed by all who believe in peace and human dignity.
Over the years, I’ve repeatedly made clear that we would take action within Pakistan if we knew where bin Laden was. That is what we’ve done. But it’s important to note that our counterterrorism cooperation with Pakistan helped lead us to bin Laden and the compound where he was hiding. Indeed, bin Laden had declared war against Pakistan as well, and ordered attacks against the Pakistani people.
Tonight, I called President Zardari, and my team has also spoken with their Pakistani counterparts. They agree that this is a good and historic day for both of our nations. And going forward, it is essential that Pakistan continue to join us in the fight against al Qaeda and its affiliates.
The American people did not choose this fight. It came to our shores, and started with the senseless slaughter of our citizens. After nearly 10 years of service, struggle, and sacrifice, we know well the costs of war. These efforts weigh on me every time I, as Commander-in-Chief, have to sign a letter to a family that has lost a loved one, or look into the eyes of a service member who’s been gravely wounded.
So Americans understand the costs of war. Yet as a country, we will never tolerate our security being threatened, nor stand idly by when our people have been killed. We will be relentless in defense of our citizens and our friends and allies. We will be true to the values that make us who we are. And on nights like this one, we can say to those families who have lost loved ones to al Qaeda’s terror: Justice has been done.
Tonight, we give thanks to the countless intelligence and counterterrorism professionals who’ve worked tirelessly to achieve this outcome. The American people do not see their work, nor know their names. But tonight, they feel the satisfaction of their work and the result of their pursuit of justice.
We give thanks for the men who carried out this operation, for they exemplify the professionalism, patriotism, and unparalleled courage of those who serve our country. And they are part of a generation that has borne the heaviest share of the burden since that September day.
Finally, let me say to the families who lost loved ones on 9/11 that we have never forgotten your loss, nor wavered in our commitment to see that we do whatever it takes to prevent another attack on our shores.
And tonight, let us think back to the sense of unity that prevailed on 9/11. I know that it has, at times, frayed. Yet today’s achievement is a testament to the greatness of our country and the determination of the American people.
The cause of securing our country is not complete. But tonight, we are once again reminded that America can do whatever we set our mind to. That is the story of our history, whether it’s the pursuit of prosperity for our people, or the struggle for equality for all our citizens; our commitment to stand up for our values abroad, and our sacrifices to make the world a safer place.
Let us remember that we can do these things not just because of wealth or power, but because of who we are: one nation, under God, indivisible, with liberty and justice for all.
Thank you. May God bless you. And may God bless the United States of America
Source : http://www.whitehouse.gov/blog/2011/05/02/osama-bin-laden-dead
MENTERI KOORDINATOR
1. Menko Politik Hukum dan Keamanan : Marsekal (Purn) Djoko Suyanto
2. Menko Perekonomian : Hatta Rajasa
3. Menko Kesra : R Agung Laksono
4. Sekretaris Negara : Sudi Silalahi
MENTERI DEPARTEMEN
1. Menteri Dalam Negeri : Gamawan Fauzi
2. Menteri Luar Negeri : Marty Natalegawa
3. Menteri Pertahanan : Purnomo Yusgiantoro
4. Menteri Hukum dan HAM : Patrialis Akbar
5. Menteri Keuangan : Sri Mulyani
6. Menteri ESDM: Darwin Saleh
7. Menteri Perindustrian : MS Hidayat
8. Menteri Perdagangan : Mari E. Pangestu
9. Menteri Pertanian : Suswono
10. Menteri Kehutanan : Zulkifli Hasan
11. Menteri Perhubungan : Freddy Numberi
12. Menteri Kelautan dan Perikanan : Fadel Muhammad
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Muhaimin Iskandar
14. Menteri Pekerjaan Umum : Djoko Kirmanto
15. Menteri Kesehatan : Endang Rahayu Setianingsih
16. Menteri Pendidikan Nasional : Mohammad Nuh
17. Menteri Sosial : Salim Segaf Al Jufri
18. Menteri Agama : Suryadharma Ali
19. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Jero Wacik
20. Menteri Komunikasi dan Informasi : Tifatul Sembiring
MENTERI NEGARA
1. Menteri Riset dan Teknologi : Suharna Suryapranata
2. Menteri Koperasi dan UKM : Syarifudin Hasan
3. Menteri Lingkungan Hidup : Gusti Muhammad Hatta
4. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Amalia Sari
5. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : E.E Mangindaan
6. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal : Ahmad Helmy Faishal Zaini
7. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : Armida Alisjahbana
8. Menteri BUMN : Mustafa Abubakar
9. Menteri Pemuda dan Olahraga : Andi Alfian Mallarangeng
10. Menteri Perumahan Rakyat : Suharso Manoarfa
PEJABAT SETINGKAT MENTERI
1. Kepala BIN: Jenderal (Purn) Sutanto
2. Kepala BKPM: Gita Wirjawan
3. Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan Pengedalian Pembangunan: Kuntoro Mangkusubroto
Perang Dunia II bisa dikatakan merupakan lanjutan dari perang besar sebelumnya, yaitu Perang Dunia I. Dan hanya 20 tahun saja perdamaian tersebut bertahan sebelum perang berikutnya kembali meletus. Selama 20 tahun tersebut daripada disebut perdamaian mungkin lebih tepatnya disebut dengan gencatan senjata. Dalam periode tersebut, negara yang kalah dalam peperangan sebelumnya, masih menyimpan amarah atau dendam atas perasaan dipermalukannya bangsa mereka yang kalah dalam perang.
Pasca Perang Dunia I, situasi di Eropa masih dalam keadaan sulit akibat runtuhnya perekonomian yang juga banyak merusak infrastruktur fisik dan juga terajadinya perubahan arah perpolitikan di Eropa. Akibat dari kesengsaran tersebut, banyak penstudi Hubungan Internasional mencoba mengkaji fenomena yang terjadi dalam peperangan tersebut. Kemudian, beberapa pendukung Idealisme mecoba menjawab untuk mencegah terjadinya perang kembali, yakni puncaknya dibentuknya sebuah insitusi collective security yaitu Liga Bangsa-Bangsa.
Namun, intitusi ini tidak mampu mengakomodasikan anggotanya untuk tetap patuh terhadap LBB ditambah lagi, Amerika Serikat sendiri sebagai pengagas, tidak bergabung karena kendala politik Monroe Doctrine yang membuat Amerika untuk tidak melibatkan diri dalam poilitik dunia. Kegagalan LBB dalam menciptakan perdamaian juga dikarenakan sifat keanggotaanya yang sukarela dan tidak mengikat sehingga negara manapun dapat mudah keluar dan masuk organisasi ini. LBB juga gagal mencegah invasi Italia ke Abbysnia, Ethiopia pada Oktober 1935, Jepang ke Mancuria, China pada 1937 dan Jerman ke Danzig, Polandia pada 1939. LBB pada awalnya mengcam keras pendudkan tersebut, namun akhirnya ketiga negara ini pun keluar dari LBB.
Salah satu faktor lainya yang menyebabkan Perang Dunia II adalah semangat balas dendam Jerman (revanche idée) yang masih menyimpan sakit hati selama 20 tahun akibat kekalahan mereka dalam Perang Dunia I, ditambah lagi beban untuk tetap patuh terhadap perjanjian Versailles yang bagi Jerman sangat memberatkan, dan ingin membalas Inggris dan Perancis. Hal ini ditengarai menjadi salah satu akar permasahan yang membuat Perang Dunia kembali terjadi. Perang Dunia ke II ini sendiri diperkirakan mulai terhitung sejak tanggal 1 September 1939, atau sejak Jerman mengivansi Polandia.
Selain faktor yang telah dijelaskan diatas, faktor berikutnya adalah pertentangan paham atau ideologi demokrasi yang menjunjung kebebasan invidu dengan Fasime di Eropa, yang dimotori oleh dua orang diktaktor besar yaitu Benito Mussolini di Italia dengan fasvio de combatimento, yang bercita-cita membentuk Italia Raya dan Adolf Hitler di Jerman dengan Partai Nazi. Ideologi ini cenderung menolak hak individu, serta juga mengagung-agungkan nasionalisme, yang kemudian memunculkan chauvinism atau Ultranasionalisme, dimana contohnya pengagungan oleh Hitler yaitu “Deutschland über alles” dan mengatakan Arya adalah bangsa terhormat dan tidak layak kalah atau dipermalukan. Bangsa Jerman sebagai bangsa keturunan ras Arya merasa dirinya besar maka harus hidup di dalam ruang hidup yang besar, yang kemudian memuculkan kebijakan Lebensraum, dan melalui perasaaan bangga terhadap bangsa Arya dan kebijkan Lebensraum, Hitler seolah-olah menjadikan kedua hal tersebut sebagai alat melegalisasikan untuk mengekspansi wilayah negara lain. Sedangkan di Asia juga berkembnag fasisme ala Jepang yaitu fasisme militer oleh Tenno Meiji.
Dari pertentangan Ideologi ini, negara-negara tersebut berusaha mencari kawan atau membentuk suatu aliansi yang didasarkan kesamaan ideologi. Perang Dunia II ini akhirnya membentuk peperangan segitiga antara negara totliter kanan (Jerman, Italia, Jepang), negara totalier kiri (Uni Soviet) dan negara-negara demokrasi (Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat). Negara-negara serta aliansi-aliansi mereka terus mengembangkan militer mereka atau perlombaan senjata, yang diakibatkan kecurigaan masing-masing negara yang memaksa untuk mempersenjatai diri, dan menciptakan dilemma security.
Pada tahun 1936 Jerman dan Jepang mengadakan suatu perjanjian Anti Komitern (Anti Komunisme Internasional) yang juga diikuti oleh Italia dan Spanyol. Perjanjian ini untuk mencegah penyebaraan komunisme oleh Uni Soviet. Dan pada tahun 1938 Jerman dan Italia (totaliter kanan) juga mengadakan konferensi Muenchen dengan negara Inggris dan Perancis (demokrasi), yang menghasilkan kesepakatan untuk mencegah komunisme. Jerman juga meminta wilayah Sudeten, Cekoslwakia, dan permintaan ini diizinkan oleh Inggris dan Perancis, dengan syarat Jerman tidak boleh melakukn agresi lagi. Namun, Jerman melanggar kesepakatan tersebut dengan melakukan invasi ke Cekoslawakia dan Melmel di Baltik pada tahun 1939.
Hitler juga menginginkan kota Danzig, Polandia agar diserahkan kepada Jerman. Tapi Polandia sendiri juga diminati oleh Uni Soviet. Pada tanggal 23 Agustus 1939, Jerman mengadakan perjanjian rahasia (Pakta Non Agresi) dengan Uni Soviet, yang berisi pembagian wilayah Eropa Timur, pembagian wilayah Polandia: Barat untuk Jerman, Timur untuk Uni Soviet dan tidak ada penyerangan antara Jerman dan Uni Soviet. Dengan perjanjian ini, Jerman secara sepihak menghianati perjanjian Muenchen, karena bekerjasama dengan komunisme (Uni Soviet). Setelah perjanjian rahasia ini, Jerman mengultimatum Polandia untuk mnyerahkan kota Danzig. Polandia menolak, maka pada tanggal 1 September 1939, Jerman menginvansi Polandia Barat, dan Jerman juga berhasil melakukan invasi dan menduduki Denmark, Norwegia, Belgi, Luxemburg, dan Belanda. Kemudian 17 September invasi Polandia Timur oleh Uni Soviet dan Filandia pada 30 November 1939. Dengan pelanggaran perjanjian Muenchen dan penyerarangn Jerman ke Polandia Barat, membuat Inggris dan Perancis yang menjamin kedaulatan Polandia menyatakan perang terhadap Jerman.
Pada tanggal 28 September 1939 Jerman dan Uni Soviet mengadakan perjanjian rahasia lagi dengan mengubah sedikit isi perjanjian. Perubahannya yaitu, Jerman yang menguasai Lithuania diserahkan kepada Uni Soviet, sedangkan Polandia Timur dikuasai Uni Soviet diserakan kepada Jerman.
Pada awalnya peperangan hanya melibatkan Jerman yang melawan Polandia, Inggris, Perancis, dan karena peperangn selalu dimenangkan Jerman, Italia yang mulanya netral, dengan melihat kemengan Jerman membuat Italia ingin bergabung dengan Jerman dalam perang karena tergiur keuntungan dan wilayah, Italia pun mengumumkan perang terhadap Perancis pada dan membantu Jerman pada tahun 1940. Italia mulai melancarkan aksinya dengan invasi mereka ke Mesir, yang pada saat itu dibawah pengaruh Perancis.
Setelah Jerman dan Italia telah mampu menguasi Eropa Barat, Eropa Tengah dan Balkan, pada tahun 22 Juni 1941, Jerman kembali bertingkah, mereka masih merasakan kekurangan wilayah untuk kebikan Lebensraum yang mereka jalankan lalu Jerman melakukan penyerangan serangan ke Uni Soviet, dengan terjadinya peristiwa ini Jerman pun menghianati Pakta Non Agresi dengan Uni Soviet. Dengan dikhiantinya oleh Jerman, Uni Soviet menyatakan perang dengan Jerman, dan Uni Soviet pun bergabung dengan Blok Sekutu dan bekerjasama dengan negara-negara demokrasi yang antikomunis.
Di lain pihak pembangkangan Jepang yang menginvansi Mancuria, China pada tahun 1937 telah menyebabkan ketengangan di Asia. Selagi Eropa dilanda perang, Jepang menunggu waktu yang tepat untuk menguasai Asia. Setelah waktu yang ditunggu tepat, pada tanggal 8 Desember 1941 Jepang secara tiba-tiba menyerang pangkalan militer Pearl Harbour milik Amrika di kawasan Asia Pasisfik. Dengan demikian Amerika pun menyatakan perang terhadap Jepang dan ikut terlibat dalam Perang Dunia II. Kekuatan Blok pun bertamabah, Axis bertambah Jepang sedangkan sekutu bertambah Amerika Serikat. Dan kedua peristiwa tersebut ditengarai sebagai faktor penyebab Perang Dunia II dikawasan Asia.
Penyerangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat, Pearl Harbour menjadi faktor pamungkas dalam terjadinya Perang Dunia II dan peperangn ini berakhir dengan kekalahan Italia yang berujung penangkapan Benito Mussolini, kekalahan Nazi yang ditandai terbebasnya Perancis, Benelux, Norwegia dan Denmark oleh sekutu yang juga diikuti penyerahan Jerman pada sekutu tanggal 7 Mei 1945, dan yang terkhir pengeboman bom atom, Hiroshima dan Nagasaki, Jepang 6 dan 9 Agustus 1945 kemudia Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat pada 14 Agustus 1945.
Jadi, Perang Dunia II dapat mengelobal atau mendunia karena adanya pertentangan ideologi antara negara-negara besar. Negara-negara tersebut membentuk aliansi-aliansi yang didasarkan kesamaan ideologi dan kepentingan. Perang juga diawalai oleh sikap negara-negara (Jerman, Italia dan Jepang) yang terus melakukan ekspansi dan invasi ke wilayah yang mereka ingin kuasai (Polandia, Ethiopia, Mesir dan China) ditambah lagi pembangkangan ketiga negara tesebut dan tidak patuh terhadap LBB. Secara keseluruhan faktor penyebab terjadinya dapat dibagi menjadi:
Faktor Khusus
· Penyerbuan Jepang atas China pada tahun 1937
· Penyerbuan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939, yang kemudian diikutin pernyataan perang oleh Inggris dan Perancis terhadap Jerman, karena kedua negara ini merupakan penjamin kedaultan Polandia.
· Pengeboman Jepang terhadap pangkalan militer Pearl Harbour, milik Amerika Serikat di kawasan Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941.
Faktor Umum
· Kegagalan LBB dalam menciptakn perdamaian serta gagal menahan invasi Jerman, Italia dan Jepang.
· Pertentangan Ideologi antara demokrasi (Inggris, Perancis, Amerika Serikat), fasisme (Jerman, Italia dan Jepang) dan Komunisme (Uni Soviet)
· Persekutuan untuk membantuk aliansi-aliansi yang didasarkan kesamaan ideologi dan kepentingan. Blok Axis (Jerman, Italia dan Jepang) dengan Blok Sekutu (Inggris, Perancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet)
· Semangat balas dendam Jerman (revanceh idée) yang kalah dalam Perang Dunia I, dan perasaan sakit hati terhadap beban perjanjian Versailles.
· Kebijakan negara yang ingin menginvansi. Jerman dengan Lebensraum, Italia dengan cita-cita Italia Irridenta, Jepang dengan Hakko-ichi-u dan negara-negara barat dengan Imperialismenya.
DAFTAR PUSTAKA
· Sukardi, J. dkk. 2003. Sejarah Nasional Dan Umum 2. Jakarta : Bumi Aksara.
· Surya, Aelina. 2009. Hubungan Internasional di Kawasan Eropa. Bandung: PT. Kibar Internasional.
· Yudhi. 2008. Perang Dunia II. Dalam http://yudhim.blogspot.com/2008/01perang-dunia-ii.html, diakses 25 Desember 2010.
Dan matkul yang diambil di semester ini adalah:
- Resolusi Konflik
- HI Amerika
- Jerman 2
- Organisasi Internasional 2
- Statistik Sosial 2
- Multinational Corporation dalam Politik Dunia
- Hukum Internasiona 2
- Bisnis Internasional
- Politik Dunia
- Global Governance
- Ekonomi Politik Global 2
Mudah-mudahan nilai di semester ini bisa jauh lebih baik.
Gak kayak semester 3, nilai-nilai semua anjlok dan nilai C ada 6 *Busetttt. Amin!!!!
*Munajat dan Usaha. Hup-hup-hup